Kamis, 20 Juni 2019

Doa Untuk Mu Ayah Dan Ibu

3 kali lebaran aku dan keluarga tak bisa pulang. Tentu saja bukan hal kami inginkan. Bagi saya, lebaran adalah momen paling tepat untuk berkumpul bersama sanak saudara. Begitu juga dengan tradisi di kampong, semua anggota keluarga berkumpul. Saling meminta dan memaafkan kesalahan. Dan masih banyak hal yang ada di saat momen lebaran setiap tahunnya.

Pagi ini dalam perjalanan dinas ke luar kota, ada pesan elektronik masuk. Puluhan pesan masuk dalam hitungan menit. Tentu saja itu bukan hal yang biasa bagi ku. Sesaat setelah istirahat di Rest Area, ku buka hp dan ku baca pesan-pesan tersebut.

Ungkapan bela sungkawalah yang pertama ku baca. Dari grup rekan sekolah 20 tahun lalu, semua mengucapkan hal duka yang mendalam. Siapakah gerangan yang berpulang ?

Dalam salah satu pesan tertulis beliau yang berpulang adalah orang tua kawan satu bangu selama sekolah dulu. Ya, bapak dari ahli matematika kami telah meninggal. “Innalilahi wa innaillaihi rojiun”

Pikiran ku langsung tertuju pada orang tua ku. Orang-orang yang sangat besar perjuangannya untuk ku itu juga kini masuk usia senja dan masuk kepala enam. Mereka kini tinggal berdua saja. Sedang kakak dan adik ku tinggal di luarkota karena urusan pekerjaan.

Setiap kali kuingat ke dua orang tua ku, rasanya tak kuasa kutahan air mata ku. Begitu banyak usaha yang telah mereka lalukan untuk kami anak-anaknya. 

Aku sendiri merasa masih jauh dari kata berbakti. Sedari kecil, aku bukanlah anak penurut. Sering membuat masalah dan menyusahkan mereka. Entah berapa kali aku telah mengecewakan orang tua ku dengan kenakalan ku. Entah berapa sering mereka ku buat kecewa karena tidak sesuai dengan keinginannya. Ya Allah, ampuni aku.

Semenjak masuk bangku perguruan tinggi di Kota Gudeg, banyak perubahan yang aku rasakan. Sedikit demi sedikit kehidupanku mulai membaik. Aku tidak senakal dulu. Aku sudah mulai membiasakan sholat, sedekah, membaca kitab suci Al Quran. Sampai sekarang aku sudah sering duduk di pengajian. Dan jika ada waktu senggang, selalu kubuka browser untuk mencari ceramah dari Ustadz-ustadz. Aku yakin, perubahan ini salah satunya karena doa orang tua ku.

Ku buka media di smartphone ku, ku cari foto ayah dan ibu. Kuperhatikan wajah-wajah yang tampak mulai berkeriput itu. Kembali kukuatkan tekat ku pada salah satu cita-cita ku. Menyanding orang tua ku. Sebisa aku jaga di masa senjanya. Aku berusaha semampu ku untuk membahagian mereka.

Namun sampai saat ini aku belum mampu mewujudkan cita-cita ku itu. Berbagai usaha untuk pindah kerja dengan harapan dekat dengan orang tua ku tak juga terkabul.

Semoga Niat baik ini akan terkabul
Ya robb, jadikan kami anak yang berbakti.
Jadikan kami anak yang bisa membahagiakan kedua orang tua kami
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami
Kuatkan iman mereka
Dan jika nanti harus kembail, panggillah dengan puncak iman di hati mereka, di saat kami semua berkumpul untuk mengantar kepulangannya. Dan membisikan di telinga mereka kalimat tauhid-Mu
Dan pertemuakn kembali kami di Jannah-Mu
Aamiin

#anakyangterusberusahberbakti
#bumiAllah, 06192019

Minggu, 16 Juni 2019

Mewarnai, Bukan Terwarnai




Ilustrasi : Liqo Pekanan
Pekanan kali ini sungguh berbeda dibanding pekanan sebelumnya. Bagaimana tidak, setelah 3 bulan lamanya tidak berjumpa, kini pertemuan perdana penuh dengan makna. Sungguh makna sesungguhnya, penajaran kehidupan nyata bagi kami yagn bertekat untuk menjadi bagian dari para penyeru kebaikan.


Kami semua berasal dari bidang studi berbeda-beda. Meskipun demikian, kami sama-sama terjud di lapangan yang berbeda dengan dunia sekarang.

Sungguh nyaman sekali kami berada di dunia kampus. Fasilitas serba lengkap, akses informasi yang begitu mudah dan yang paling penting adalah bersama orang-orang soleh yang selalu menjaga kita. Ya, saling menjaga untuk selalu taat dalam kebaikan.

Tiga bulan kami menjalani praktek kerja lapangan, hamper semua memiliki masalah yang sama. Lingkungan kerja yagn tidak kondusif, akses yang sangat jauh, rekan-rekan kerja yang tidak sejalan. Dan masih banyak lagi

Semua kegelisahan kami utarakan kepada sang ustadz. Berharap solusi terbaik dari permasalahan seperti ini. Agar kami menjadi kuat kembali dan tidak merasa menyesal dengan program study yang sudah kami pilih.

Mendengar keluhan kami, sang ustadz menceritakan kembali kisah Nabi Muhammad SAW. Diceritakannya dengan detail rintangan yang menghadang. Baik dari cacian, ancaman, dan tak tarhitung lagi besarnya pengorbanan yang telah beliau lakukan. 

Tantangan-tantangan tersebut bukan hanya dari orang lain, bahkan orang dekat pun menjadi penghambat dakwah beliau. Apakan Nabi mundur dalam perjuangan ? Tidak, sama sekali tidak. Beliau bahkan mengatakan : “Kalaupun matahari di tangan kanan dan Bulan di tangan kiri, maka dakwah ini kan terus berjalan”.

“Antum semua dididik dengan berat, dibina dengan serius adalah untuk tujuan yang mulia itu. Karena beratnya perjuangan itu akan kita rasakan setelah keluar dari kampus. Itulah dunia yang nyata. Sekarang pertanyaannya, apa niat kita bergabung dalam jamaah dakwah ini ?”
Pertanyaan sang ustadz tersebut membuat kami semua tertunduk. Sejenak merenung, apakah sudah benar niat kami bersama jamaah dakwah ini ? 

Karena Allah SWT ataukan untuk mendapatkan kepentingan pribadi ?

Hanya menjadi penikmat dakwah atau pelaku dakwah ?

“Akhi, antum semua yang saya cintai karena Allah SWT. Begitulah tabiat dakwah. Berat dan panjang perjalanan dakwah. Oleh karena itu hanya orang tertentu saja yang mampu istiqomah di dalamnya” , lanjut sang ustadz

Tak terasa pipi-pipi kami mulai basah. Air mata kami turun dengan deras dalam tundukan kepala.

“Apakah kita lupa, Allah SWT yang menawarkan perjanjian jual beli itu ? Beratnya perjuangan ini akan Ia ganti dengan sebuah kebaikan yang belum pernah kita rasakan, berlum dapat kita bayangkan. Sedangkan ada atau tidaknya kita, dakwah ini akan terus berjalan. Dimunculkan orang-orang yang komitment dengan dakwah”, kembali sang ustadz melanjutkan taujihnya.

“Antum semua sudah diajarkan dengan banyak hal. Sudah mulai paham bukan, terbayang bagaimana cara praktek di tempat antum masing-masing ? Keluar dari kampus, antum punya warna yang indah. Tugas antum adalah menjadikan orang lain dan lingkungan merasakan indahnya dan menjadi bagian dari keindahan tersebut. Bukan sebaliknya malah larut dan pudar karena warna lingkungan yang mendominasi.”

Di akhir pertemuan tersebut, beliau memastikan kami semua sudah pada posisinya. Semangat telah kembali, target amal pekanan tercapai, dan siap melanjutkan program-program dakwah.

Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini telah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahayamu
yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami

Lapangkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakal padaMu
hidupkan dengan ma'rifatMu
matikan dalam syahid di jalan Mu
Engkaulah pelindung dan pembela

Bidadari Kecil


Saat ku buka mataku, layar jam sudah menunjukkan angka 3.45. Segera aku bangun dan berjalan menuju kamar mandi di samping dapur. Masih hening suasana rumah. Tampak ibu dengan mukena putih, sujud penuh khusyuk seperti hari-hari biasanya. Ya, ibu ku rutin melakukan sholat malam. 

Ku ambil handuk dan seger masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan berwudu. 

“Ya Allah, berikan kekuatan kepada hamba untuk terus istiqomah dalam menjalankan ibadah kepada MU”. Itulah doa pendek yang selalu ku ucapkan. Apapun kondisi ku, mudahkan aku selalu bangun pagi untuk melakukan sholat malam.

Kubentang sajadah di samping tempat tidur ku. Tampak sosok kecil itu tidur di antara bantal dan guling, lengkap dengan selimut kesayangannya.
Kulanjutkan sholat dan berdoa

Kembali kupandang anak-anak ku. Wajah-wajah yang selalu ceria itu selalu ada dibalik pintu sepulangku dari kantor. Selalu dicium pipi kanan dan kiri ku, lalu berkata : “Uuuu… harum keringat abi ku”. Entah apa yang ia pikirkan, namun bagiku mereka adalah obat lelah ku 

Selalu ku ucapkan rasa terima kasih ku, rasa syukur ku atas karunia yang telah Ia berikan kepada ku, kepada keluarga ku. Alhamdulillah menjelang 5 tahun pernikahan kami, Allah SWT mengkaruniakan ke pada kami bidadari kecil. 

Pagi ini, tak seperti biasanya. Hening tanpa ada suara tangisan minta susu. Tanpa pukulan tangan di pipi ku, di dada, ataupun di perut ku. Biasanya ia membangunkan ku dengan caranya meminta minum. Itulah cara Allah SWT membangunkan ku. Melalui bidadari kecil itu, ia mengabulkan permintaan ku untuk dibangunkan dan memohon diampuni kesalahan di sepertiga malam ku.

Ya Allah, ampuni dosa keluarga kami. Berilah petunjuk kepada keluarga kami. Kuatkan ikatan cinta di antara kami. Kuatkan tekat keluarga kami, untuk terus berada dalam barisan jamaah dakwah yang menyeru kepada-Mu.
Dan nanti, panggillah kami dalam puncak iman kepada-Mu, saat berjuang mempertahankan syariat-Mu. Hingga pada saatnya nanti, kumpulkanlah kami dalam Jannah-Mu, aamiin

#BumiAllah, 06172019